Pages

Kamis, 08 September 2011

SI TEBE MUDIK

Fenomena mudik sangat menarik bagi saya. Terus terang setiap tahun saya berharap bisa mudik. Betapa tidak, meskipun dengan resiko yang sangat besar, bahkan dengan taruhan nyawa, setiap tahun jumlah pemudik selalu mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa mudik bukan hanya sebuah peristiwa yang menyenangkan, namun juga sebuah kebutuhan. Dapat dimengerti, jika akhir tujuan dari mudik adalah kembali ke tempat dimana kita dilahirkan.

Ikan Salmon, sesaat setelah mereka dilahirkan mereka akan mengadakan ekspedisi secara besar-besaran mencari penghidupan. Setelah melewati masa satu tahun mereka akan kembali menempuh jalur yang sama seperti ketika mereka berangkat, kembali menuju sungai dimana mereka dilahirkan. Ekspedisi yang begitu menantang dan berbahaya mengingat mereka harus berenang melawan arus sungai dan lautan. Namun ini merupakan tradisi, kebutuhan dan keharusan.

Setelah melewati test kenaikan kelas sebulan penuh di bulan Ramadhan, saya ngak tau apakah saya naik atau tinggal kelas, harapan saya hanya satu, yaitu mudik. Hanya saja saya mau mudik kemana, sebab di Setano inilah saya dilahirkan, dibesarkan, dinikahkan, berkeluarga dan bekerja mencari penghidupan. Di Setano inilah saya menghirup nafasnya dan menyerapi apa yang disuguhkannya. Namun demikian, mudik bagi saya merupakan keharusan, maka yang bisa saya harapkan hayalah mudik spiritual saja, Return to Soul, kembali ke kondisi seperti saat kelahiran saya.

Saat-saat yang menurut saya pasti sangat menyenangkan, dimana seluruh anggota keluarga menunggu kehadiran saya, dielukan dan disambut dengan suka cita, dengan air mata bahagia. Saat-saat dimana saya dijaga dan dipenuhi kebutuhan hidup saya. Saat-saat semua mengerti makna tangisan saya dan menikmati keceriaan saya. Saat-saat saya terbebas dari hiruk-pikuk yang melelahkan jiwa dan raga, saat-saat yang bebas dari himpitan rasa bersalah dan tidak berdaya, saat saya bagai kertas putih polos tanpa noda dan cela. Saya merindukan mudik, kembali pada saat-saat dimana, tanah yang berbentuk manusia ini masih merasakan damai dalam lembut Kasih Tuhan.


0 komentar:

Posting Komentar