Pages

Minggu, 21 September 2014

Assalamu'alaikum,
Selamat bertemu kembali dalam postingan terkini Thola'al Badr.

Postingan kali ini hanya ingin menjawab pertanyaan pada 'customer', perihal biaya n ketentuan bagi para calon pendaftar baru.

Seperti tahun tahun yang lalu, para calon siswa baru akan mendapatkan seluruh keperluan KBM dari mulai seragam (3 stel), LKA tiap bulan, perlengkapan belajar dari mulai Buku Tulis Bahasa, Matematika, Buku Mewarnai, Buku Menempel, 1 set Iqro' (6 jilid) dengan buku Prestasinya, Buku Penghubung dan Buku TabunganPensil-serutan-penghapus, Pensil Warna, Crayon, Penggaris,  Tepak Perlengkapan, Sikat Gigi dengan Odolnya, Cangkir, Kertas Lipat, Gunting, Lem.

Fasilitasnya :
Tentu saja yang paling penting adalah Tempat Belajar yang representatif, area Bermain, area Parkir dan area Tunggu buat paramama. Para Calon Tebe juga diasuransikan. Selain itu setiap Tebe boleh mengikuti Les Tari Tradisional (Topeng) dan Les Mewarnai. Sedangkan Paramama bisa mengikuti program-program perluasan pengetahuan dalam kegiatan POMG.

Biaya :
Pendaftar Baru Rp. 735.000,-
Bagi Peserta didik dari PAUD Thoala'al Badr, karena dianggap naik jenjang, maka dibebaskan dari Infak Pemeliharaan Gedung dan Administrasi PMB sebesar Rp. 160.000,-. jadi bagi calon Tebe yang berasal dari PAUD Thola'al Badr hanya dikenai biaya daftar sebesar Rp. 575.000,-


Ayo belajar membaca..bapak ibu...




Shonkoff (2000) mengatakan bahwa anak dilahirkan ke dunia dibekali dengan kemampuan untuk belajar. Pada lima tahun pertama, pertumbuhan mereka luar biasa terutama dalam kemampuan linguistik, konseptual, sosial, emosional, dan kompetensi motoriknya. Sejak lahir seorang anak yang sehat tumbuh menjadi seorang partisipant yang aktif, dibekali dengan kemampuan jelajah lingkungan, belajar untuk berkomunikasi dan setelah sedikit mengikuti pertumbuhannya berkembang dengan kemampuan mengkonstruk ide dan teori tentang benda dan lingkungan sekitarnya.

Oleh Karena itu perlu kiranya dilakukan stimulus yang responsif terhadap perkembangan keaksaraan anak, untuk mengembangkan kemampuan keaksaraan anak sesuai dengan tahapan dan tumbuh kembangnya. Mengembangkan keaksaraan seharusnya dilakukan dengan memperhatikan faktor kemampuan bawaan anak sejak lahir, agar pertumbuhan anak semakin luar biasa, terutama pada lima tahun pertama.
Untuk mengajari anak membaca hendaknya kita memulai  dengan mengenal hal-hal yang konkret terlebih dahulu, kemudian semi konkret dan baru kemudian hal-hal yang abstrak. Mengajar anak yang masih usia dini perlu kesungguhan dan kesabaran dari pihak guru maupun orangtua. masih banyak orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada lembaga pendidikan khususnya guru sekolah. Padahal tugas guru adalah sebagai pemberi konsep awal untuk belajar membaca, cara mebaca, dan teknik mengucapkan bacaan. Selebihnya adalah tanggung jawab dan tugas orang tua dirumah, mengingat lebih banyaknya prosentasi waktu dirumah daripada disekolah maupun di tempat pendidikan yang lain semisal tempat les atau bimbel. Orangtua pun sebaiknya ikut berusaha membimbing bagaimana caranya agar anak cepat bisa membaca dengan baik. Harus disadari, pertama-tama yang bertanggung jawab soal pendidikan anak (apalagi balita) adalah orang tua atau keluarga. Pihak yang lain adalah Cuma sebagai motivator dan pembimbing.
Membaca Bukan Mengeja
Membaca sudah dapat diajarkan pada balita, bahkan lebih efektif daripada sudah memasuki usia sekolah (6 tahun). Menurut pengalaman, bahwa anak umur 4 tahun lebih efektif daripada umur 5 tahun. Umur 3 tahun lebih mudah daripada 4 tahun. Jelasnya, makin kecil makin mudah untuk diajar — tentu dalam batas anak kalau sudah mulai bisa bicara, mengucapkan konsonan dengan benar.

Anak  balita bisa menyerap informasi secara luar biasa. Semakin muda umur anak, semakin besar daya serapnya terhadap informasi baru. Belajar bagi anak adalah sesuatu yang mengasyikkan. Karena belajar mengasyikkan, maka ia bisa menguasai lebih cepat.

 
Mengajar anak membaca bukan dengan mengeja seperti cara konvensional di sekolah yang dimulai pengenalan nama huruf, kemudian mengenal suku kata, barulah mengenal kata, akhirnya kalimat. Mengajar anak  membaca adalah dengan cara mengenalkan satu kata yang bermakna dan kata itu sudah akrab pada pikiran anak atau sudah sering di ucapkan sebelumnya. Seperti contoh :  Anak belajar membaca karena hafal konsonannya (suara) seperti:  “a – i – u – e – o “ ketika dibolak balik  menjadi “ i – o – u – e – a “ anak akan membaca  sama yaitu tetap  membaca “a – i – u – e – o “. Karena image anak akan menangkap secara konsonan, bukan secara konsep. Disini anak akan terlalu lama untuk memahami bentuk huruf, apalagi bagi anak yang kurang konsentrasi. Anak belajar membaca dengan konsep.  Dalam tahap awal anak diajarkan dulu bentuk bunyi. “a – i – u – e – o “ Setelah anak hafal bentuk bunyi, kemudian anak di ajarkan (dipahamkan) bentuk huruf seperti “a – i – u – e – o “ dengan cara dibolak balik menjadi “ i – o – u – e – a “. . “o – u – e  – i – a “ dan lain sebagainya sampai anak benar  paham bentuk huruf, dan hal ini tidak membutuhkan waktu yang lama.

Selanjutnya setelah anak paham bentuk konsonan dan bentuk huruf diatas maka anak akan mulai memasuki tahap belajar membaca dengan tidak mengeja, dengan metode penggabungan antara bentuk konsonan dan bentuk huruf. Yang di terapkan secara bertahap dan tersusun (konstruktif) dari awal sampai akhir.

Contoh :
“a = ba, “o = bo, “i = bi, “e = be ….dst
Disini anak akan cepat menangkap dan membedakan bentuk dan bunyi huruf.

Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep
Dengan metode ini diharapkan Anak dapat mencapai Empat tingkat konsep belajar membaca yaitu :

1). Tingkat konkret
Pencapaian tingkat ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu bunyi huruf dan bentuk huruf. Anak akan bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah bunyi dan bentuk huruf. Anak  mampu membedakan huruf dengan bunyi dan bentuk. Disini anak sudah mampu menyimpan gambaran bentuk dan bunyi huruf dalam struktur kognitifnya secara mudah.

2). Tingkat identitas
Anak dapat mencapai tingkat konsep identitas apabila ia mengenal suatu huruf setelah selang waktu tertentu. Misalnya mengenal dan dengan spontan menyebut huruf “ C “ ketika ia melihat majalah atau papan nama di pinggir jalan.

3). Tingkat klasifikatori
Pada tingkat ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari contoh yang berbeda. Misalnya anak mampu membedakan antara huruf (a) dibelakang huruf (b) maka dengan reflek anak akan menyebutnya (ba), bukan menyebut per huruf yaitu (b – a = ba) …..dst

4). Tingkat formal
Pada tingkat ini anak sudah mampu membatasi suatu kalimat dengan kalimat lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal. Seperti: ini gajah, maka anak akan menggambarkan bahwa bentuk gajah itu besar, kupingnya lebar, belalainya panjang…dst

Rabu, 17 September 2014

BERMAIN DAN BELAJAR

Mungkin kita sudah tidak asing dengan istilah PAUD yang berarti Pendidikan Anak Usia Dini. Kenapa sih anak-anak dibawah lima tahun perlu mendapat pendidikan atau masuk PAUD? karena lima tahun pertama kehadiran anak di dunia merupakan periode kritis tetapi sekaligus menentukan bagi perkembangannya setelah dewasa dan juga memberikan kesempatan mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak (motorik, sosial, bahasa, dan kognitif) sesuai umurnya. 



Kita tahu bersama bahwa berkaitan dengan anak usia dini, terdapat beberapa masa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana seharusnya seorang orang tua atau pendidik menghadapi anak usia dini, sebagai berikut:
1. Masa Peka
2. Masa Egosentris
3. Masa Meniru
4. Masa Berkelompok
5. Masa Bereksplorasi
6. Masa Pembangkangan

Oleh karena itu perlu dibangun suasana menyenangkan melalui bermain, belajar dan berlatih dalam diyakini akan mampu menumbuh-kembangkan imajinasi, kreativitas, keberanian, dan kemandiriannya yang nantinya akan melahirkan generasi cerdas, tangguh, ulet, dan kreatif. 

Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi pendidikan anak usia dini, yaitu :
a. Fungsi Adaptasi
Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. Dengan anak berada di lembaga pendidikan anak usia dini, pendidik membantu mereka beradaptasi dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah. Anak juga belajar mengenali dirinya sendiri.

b. Fungsi Sosialisasi
Berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana ia berada. Di lembaga pendidikan anak usia dini anak akan bertemu dengan teman sebaya lainnya. Mereka dapat bersosialisasi, memiliki banyak teman dan mengenali sifat-sifat temannya.

c. Fungsi Pengembangan
Di Lembaga pendidikan anak usia dini ini diharapkan  dapat pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya.

d. Fungsi Bermain
Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya sendiri.
 


Jadi prinsip yang dibangun dalam pendidikan anak usia dini adalah dengan :

1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
2. Belajar melalui bermain
3. Pendekatan  Berpusat pada Anak
4. Pendekatan Kontruktivisme
5. Pendekatan Kreatif dan inovatif
6.  Lingkungan yang kondusif
7. Menggunakan pembelajaran terpadu
8. Pengembangan Tematik
9. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar
10. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
 


 Point yang sangat penting lainnya adalah adanya perhatian dan kerjasama dengan orang tua, masyarakat dan pendidik, sehingga tercipta sinergi pendidikan yang terpadu.