Pages

Minggu, 21 September 2014

Ayo belajar membaca..bapak ibu...




Shonkoff (2000) mengatakan bahwa anak dilahirkan ke dunia dibekali dengan kemampuan untuk belajar. Pada lima tahun pertama, pertumbuhan mereka luar biasa terutama dalam kemampuan linguistik, konseptual, sosial, emosional, dan kompetensi motoriknya. Sejak lahir seorang anak yang sehat tumbuh menjadi seorang partisipant yang aktif, dibekali dengan kemampuan jelajah lingkungan, belajar untuk berkomunikasi dan setelah sedikit mengikuti pertumbuhannya berkembang dengan kemampuan mengkonstruk ide dan teori tentang benda dan lingkungan sekitarnya.

Oleh Karena itu perlu kiranya dilakukan stimulus yang responsif terhadap perkembangan keaksaraan anak, untuk mengembangkan kemampuan keaksaraan anak sesuai dengan tahapan dan tumbuh kembangnya. Mengembangkan keaksaraan seharusnya dilakukan dengan memperhatikan faktor kemampuan bawaan anak sejak lahir, agar pertumbuhan anak semakin luar biasa, terutama pada lima tahun pertama.
Untuk mengajari anak membaca hendaknya kita memulai  dengan mengenal hal-hal yang konkret terlebih dahulu, kemudian semi konkret dan baru kemudian hal-hal yang abstrak. Mengajar anak yang masih usia dini perlu kesungguhan dan kesabaran dari pihak guru maupun orangtua. masih banyak orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada lembaga pendidikan khususnya guru sekolah. Padahal tugas guru adalah sebagai pemberi konsep awal untuk belajar membaca, cara mebaca, dan teknik mengucapkan bacaan. Selebihnya adalah tanggung jawab dan tugas orang tua dirumah, mengingat lebih banyaknya prosentasi waktu dirumah daripada disekolah maupun di tempat pendidikan yang lain semisal tempat les atau bimbel. Orangtua pun sebaiknya ikut berusaha membimbing bagaimana caranya agar anak cepat bisa membaca dengan baik. Harus disadari, pertama-tama yang bertanggung jawab soal pendidikan anak (apalagi balita) adalah orang tua atau keluarga. Pihak yang lain adalah Cuma sebagai motivator dan pembimbing.
Membaca Bukan Mengeja
Membaca sudah dapat diajarkan pada balita, bahkan lebih efektif daripada sudah memasuki usia sekolah (6 tahun). Menurut pengalaman, bahwa anak umur 4 tahun lebih efektif daripada umur 5 tahun. Umur 3 tahun lebih mudah daripada 4 tahun. Jelasnya, makin kecil makin mudah untuk diajar — tentu dalam batas anak kalau sudah mulai bisa bicara, mengucapkan konsonan dengan benar.

Anak  balita bisa menyerap informasi secara luar biasa. Semakin muda umur anak, semakin besar daya serapnya terhadap informasi baru. Belajar bagi anak adalah sesuatu yang mengasyikkan. Karena belajar mengasyikkan, maka ia bisa menguasai lebih cepat.

 
Mengajar anak membaca bukan dengan mengeja seperti cara konvensional di sekolah yang dimulai pengenalan nama huruf, kemudian mengenal suku kata, barulah mengenal kata, akhirnya kalimat. Mengajar anak  membaca adalah dengan cara mengenalkan satu kata yang bermakna dan kata itu sudah akrab pada pikiran anak atau sudah sering di ucapkan sebelumnya. Seperti contoh :  Anak belajar membaca karena hafal konsonannya (suara) seperti:  “a – i – u – e – o “ ketika dibolak balik  menjadi “ i – o – u – e – a “ anak akan membaca  sama yaitu tetap  membaca “a – i – u – e – o “. Karena image anak akan menangkap secara konsonan, bukan secara konsep. Disini anak akan terlalu lama untuk memahami bentuk huruf, apalagi bagi anak yang kurang konsentrasi. Anak belajar membaca dengan konsep.  Dalam tahap awal anak diajarkan dulu bentuk bunyi. “a – i – u – e – o “ Setelah anak hafal bentuk bunyi, kemudian anak di ajarkan (dipahamkan) bentuk huruf seperti “a – i – u – e – o “ dengan cara dibolak balik menjadi “ i – o – u – e – a “. . “o – u – e  – i – a “ dan lain sebagainya sampai anak benar  paham bentuk huruf, dan hal ini tidak membutuhkan waktu yang lama.

Selanjutnya setelah anak paham bentuk konsonan dan bentuk huruf diatas maka anak akan mulai memasuki tahap belajar membaca dengan tidak mengeja, dengan metode penggabungan antara bentuk konsonan dan bentuk huruf. Yang di terapkan secara bertahap dan tersusun (konstruktif) dari awal sampai akhir.

Contoh :
“a = ba, “o = bo, “i = bi, “e = be ….dst
Disini anak akan cepat menangkap dan membedakan bentuk dan bunyi huruf.

Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep
Dengan metode ini diharapkan Anak dapat mencapai Empat tingkat konsep belajar membaca yaitu :

1). Tingkat konkret
Pencapaian tingkat ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu bunyi huruf dan bentuk huruf. Anak akan bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah bunyi dan bentuk huruf. Anak  mampu membedakan huruf dengan bunyi dan bentuk. Disini anak sudah mampu menyimpan gambaran bentuk dan bunyi huruf dalam struktur kognitifnya secara mudah.

2). Tingkat identitas
Anak dapat mencapai tingkat konsep identitas apabila ia mengenal suatu huruf setelah selang waktu tertentu. Misalnya mengenal dan dengan spontan menyebut huruf “ C “ ketika ia melihat majalah atau papan nama di pinggir jalan.

3). Tingkat klasifikatori
Pada tingkat ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari contoh yang berbeda. Misalnya anak mampu membedakan antara huruf (a) dibelakang huruf (b) maka dengan reflek anak akan menyebutnya (ba), bukan menyebut per huruf yaitu (b – a = ba) …..dst

4). Tingkat formal
Pada tingkat ini anak sudah mampu membatasi suatu kalimat dengan kalimat lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal. Seperti: ini gajah, maka anak akan menggambarkan bahwa bentuk gajah itu besar, kupingnya lebar, belalainya panjang…dst

0 komentar:

Posting Komentar